• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA SHINJI DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO (Kajian Psikoanalisis) 三島由紀夫の「潮騒」における主人公としての新治の人格 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA SHINJI DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO (Kajian Psikoanalisis) 三島由紀夫の「潮騒」における主人公としての新治の人格 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO

(Kajian Psikoanalisis)

島 紀 潮 主人 新治 人格

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Ujian Sarjana Program S1 Humaniora dalam Ilmu Bahasa dan Sastra Jepang

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Oleh : Selfi Indriyani NIM 13050112140132

PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

ii

(Kajian Psikoanalisis)

島 紀 潮 主人 新治 人格

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Ujian Sarjana Program S1 Humaniora dalam Ilmu Bahasa dan Sastra Jepang

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Oleh : Selfi Indriyani NIM 13050112140132

PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

(3)

iii

Dengan sebenarnya penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun tanpa mengambil bahan hasil penelitian baik untuk memperoleh suatu gelar sarjana atau diploma yang sudah ada di unversitas lain maupun hasil penelitian lainnya. Penulis juga menyatakan bahwa skripsi ini tidak mengambil bahan dari publikasi atau tulisan orang lain kecuali yang sudah disebutkan dalam rujukan dan dalam Daftar Pustaka. Penulis bersedia menerima sanksi jika terbukti melakukan plagiasi/penjiplakan.

Semarang, 30 Mei 2017

Penulis,

(4)
(5)
(6)

vi

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila

kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (Q.S Al-Insyirah 6-7)

“If you know and feel this moment truthfully with the heart, and that you’re ready to accept the moment, then from the time when you’re born,

the entire life can be beautiful. So many young people are suffering, trying to get a job, or like in my lyric, we’re giving up alots of things. But even in that transition period, you can think that happiness is not something that you have to achieve. You can still feel happy during the process of

achieving something. If you can feel the most beautiful moment in life, I’m sure from this moment until we die, our entire life will be beautiful.”

Fear is another name for hope, Tears are another way to smile

(7)

-vii

Skripsi ini penulis dedikasikan untuk orang-orang tercinta, tersayang, dan terhebat dalam sepanjang hidup penulis yaitu kepada:

1. Mama dan Papa terkasih dan tercinta. Terimakasih atas segala curahan kasih sayang, perhatian, doa, pengorbanan, semangat dan dukungan yang tiada henti kepada penulis. Terimakasih untuk segalanya, semoga Mama dan Papa selalu sehat. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kalian.

2. Aulia Agita satu-satunya adik penulis. Terimakasih selalu menjadi tempat berkelahi namun diam-diam saling menyayangi. Semoga kuliahmu selalu lancer dan bisa membanggakan Mama, Papa dan Kakakmu.

3. Nur Hastuti, S.S, M.Hum sensei, selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini terimakasih untuk semua ilmu, saran, dan pembelajaran yang diberikan. Terimakasih untuk kesabaran dalam membimbing penulis yang sempat kehilangan arah untuk menyelesaikan skripsi ini sampai akhir. Semoga segala kebaikan sensei dibalas oleh Allah SWT.

4. S.I. Trahutami, SS, M.Hum sensei, selaku dosen wali terimakasih untuk segala dukungan, motivasi serta doa yang diberikan kepada penulis. Semoga segala kebaikan sensei dibalas oleh Allah SWT.

(8)

viii lucky to have you!

6. Sahabat terbaik penulis, Wulandari, Finna, Shabrina, Hersi Intan Tarsila, Farica Amelia, Aning Herdayanti, Devy Ardiyanti, Jingga Sara, Kaneko Yoshiko aka Yoko,Rissa teteh, Zaka, Aisyahlun aka Cilun yang selalu ada mewarnai hari-hari kehidupan dan perkuliahan penulis selama ini. Terimakasih untuk segala gelak tawa, berbagi cerita. See you on top.

7. Shabrina Alifah Ghaisani. Teman seperjuangan selama proses penulisan skripsi. Terimakasih kawan, hingga titik ini sudah berjalan bersama. Penulis takkan lupa semua jalan dan proses yang tidak mudah yang sudah kita lalui bersama. 8. Teman-teman Kos Davintha. terimakasih untuk cinta kasih, dukungan, paksaan,

semangat dan motivasi yang diberikan. Sukses selalu untuk kalian !

9. Para pejuang skripsi Nur Sensei Squad serta semua teman-teman S1 Sastra Jepang 2012, baik yang sudah lulus maupun yang masih berjuang. Terimakasih untuk semua bantuan dan dukungan dari kalian semua. Tetap semangat dan bersabar minna!

(9)

ix Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah Hirobbil’alamin. Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan segala nikmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Amin.

Peneliti juga panjatkan syukur Alhamdulillah, karena hanya dengan keridho’an-Nya skripsi yang berjudul “Kepribadian Tokoh Utama Shinji dalam Novel Nyanyian Laut

Shiosai Karya Yukio Mishima” dapat terselesaikan dengan baik.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari peran berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unversitas Diponegoro Semarang, Dr. Redyanto Noor, M.Hum.

2. Elizabeth IHANR, S.S, M.Hum, selaku ketua Jurusan Sastra dan Bahasa Jepang Universitas Diponegoro Semarang.

3. S.I. Trahutami, S.S, M.Hum, selaku dosen wali. Terima kasih atas arahan dan kebaikan Sensei akan selalu saya ingat seumur hidup.

(10)

x

5. Seluruh dosen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang, terima kasih atas ilmu, kebaikan, motivasi dan cinta kasih sayang yang telah diberikan selama ini. Jasa dan kebaikn Sensei akan selalu ada dihati saya.

6. Kedua orang tuaku tercinta tersayang, terimakasih atas doa, kasih sayang dan motivasi yang tiada henti untuk kesuksesan putrimu ini.

7. Keluarga besarku tersayang yang ada di Padang dan di Jakarta, terimakasih atas doa, kasih sayang dan motivasi yang telah diberikan selama ini.

8. Adik satu-satunya yang saya sayangi dan cintai Aulia Agita, terimakasih atas doa, kasih sayang, bantuan dan motivasi yang telah diberikan selama ini. Terimakasih juga selalu ada disaat susah maupun senang saya selama ini. 9. Seseorang yang juga special dalam hidup saya Abang ataupun Uda, terimakasih

untuk semua doa, kasih sayang dan motivasi yang telah diberikan selama ini. Terimakasih sudah hadir dalam kehidupan saya dan menjadi tempat berbagi cerita susah maupun senang saya selama ini. You are the best man and I’am lucky to have you.

(11)

xi

Amelia, Devy Ardianti, Jingga Sara, Kaneko Yoshiko dan juga teman-teman Kos Davintha. Terimakasih atas semua doa, kasih sayang, motivasi dan kebaikan dari kalian semua selama ini.

12.Teman-teman seperjuangan saya, Rissa Oskhadirani, Zakaria Al’anshori, Aulia Sari, Aisyalun, dan semua teman-teman satu dosen pembimbing Nur Sensei. Tetap semangat, solid dan terimakasih atas bantuan, dukungan dan motivasinya selama ini.

13.Seluruh teman-teman S1 Sastra Jepang yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih sudah memberikan warna dalam hidup penulis dan terimakasih atas segala doa, bantuan dan motivasi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna perbaikan di waktu yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Semarang, 30 Mei 2017

(12)

xii

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

PRAKATA ... ix

DAFTAR ISI ... xii

INTISARI ... xvii

ABSTRACT ... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.5. Ruang Lingkup ... 9

1.6. Metode Penelitian... 10

1.7. Sistematika Penulisan ... 10

(13)

xiii

2.2.2. Teori Psikologi Sastra ... 18

2.2.3. Teori Psikoanalisis Carl Gustav Jung ... 20

2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Tokoh ... 31

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Kepribadian Tokoh Shinji berdasarkan Teori Psikoanalisis Carl Gustav Jung ... 36

4.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Tokoh Sinji ... 68

BAB 4 PENUTUP A. Simpulan ... 82

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85

要 ... 87

LAMPIRAN ... 90

(14)

xiv

Selfi Indriyani. 2017. “Kepribadian Tokoh Utama Shinji dalam Novel Shiosai Karya Mishima Yukio: Kajian Psikoanalisis”. Skripsi Program Studi Sastra Jepang, Universitas Diponegoro, Semarang. Pembimbing I Nur Hastuti, S.S, M.Hum.

Penelitian ini mengambil topik novel karya Mishima Yukio yang berjudul Shiosai. Tema skripsi ini adalah kepribadian tokoh utama Shinji dalam novel Shiosai karya Mishima Yukio. Tujuan penulis menganalisis novel ini untuk mengetahui kepribadian tokoh utama dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepribadian tokoh utama . Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian yang disebut kualitatif dengan pendekatan psikologi sastra. Pendekatan psikologi sastra digunakan karena penelitian ini mengangkat permasalahan bagaimana kepribadian tokoh utama novel. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pelukisan tokoh dan teori psikoanalisis kepribadian menurut Carl Gustav Jung.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menurut teori Carl Gustav Jung, kepribadian tokoh utama novel Shiosai berdasarkan kesadaran yaitu dipandang dari fungsi jiwa kepribadian Shinji bertipe perasa. Sedangkan dipandang dari sikap jiwa, Shinji memiliki kepribadian introvert. Berdasarkan ketidaksadarannya, Shinji memiliki tipe kepribadian yang pemikir dan intuitif.

(15)

xv

Indriyani Selfi. 2017. "Personality of The Main Character Shinji in the Shiosai Novel by Yukio Mishima: A Study of Psychological Analytical". Thesis of Japanesse Literature Studies Program, Diponegoro University, Semarang. Supervisor I Nur Hastuti, S.S, M. Hum.

This research takes on the novel by Yukio Mishima entitled Shiosai . The theme of this thesis is the personality of the main character Shinji in the Shiosai novel by Yukio Mishima. The author's purpose is to analyze this novel to know the personality of the main character and what factors affect the personality of the main character.

The method used by the authors in this study is a method called qualitative research with the approach of psychological literature. The approach of psychological literature is used because this research raises the question of the personality of the main character of the novel. The theory used in this research is the theory of personality depiction and psychoanalytic personality theory according to Carl Gustav Jung.

The results of this study indicate that according to the theory of Carl Gustav Jung, the personality of the main character of the Shiosai novel based on the consciousness that can be seen from the soul functionality of Shinji type-sensed personality. While viewed from the attitude of the soul, Shinji has an introverted personality. Based on his unconsciousness, Shinji has a thoughtful and intuitive personality type.

(16)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Karya sastra ialah karya yang berisfat fiktif (rekaan) merupakan hasil cipta, seni, dan rasa dari karya pengarang yang dituangkan dalam tulisan dengan menggunakan bahasa kepada pembaca di dalamnya berisi luapan jiwa, pemikiran, semangat, keyakinan pengarang berdasarkan pengalaman pribadi (yang benar-benar dialami) atau juga pengalaman pribadi yang sudah ditambah dengan hasil imajinasi pengarang. Menurut Noor (2010:11-12), sebuah karya sastra meskipun bahan (inspirasinya) diambil dari dunia nyata, tetapi sudah diolah oleh pengarang melalui imajinasinya sehingga tidak diharapkan realitas karya sastra sama dengan realitas dunia nyata. Sebab, realitas dalam karya sastra sudah ditambah “sesuatu” oleh pengarang sehingga kebenaran dalam

karya sastra ialah kebenaran yang dianggap ideal oleh pengarangnya. Wellek&Warren mengatakan bahwa Sastra merupakan suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (1989:3).

(17)

penyajiannya. Prosa fiksi merupakan karya sastra prosa naratif yang berfiat imajinatif atau rekaan pengarang. Bentuk karya sastra prosa fiksi adalah novel dan cerpen.

Novel merupakan sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Novel memiliki cerita lebih panjang dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut. Menurut Nurgiyantoro (2000: 10) mengemukakan bahwa novel merupakan karya fiksi yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Novel juga diartikan sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku.

(18)

Dalam novel, terdapat tokoh yang membangun dalam suatu cerita tokoh tersebut biasanya ditampilkan secara lengkap, misalnya yang berhubungan secara keadaan sosial, fisik, sifat, tingkah laku dan kebiasaan dan lain-lain. Penggambaran tokoh tersebut berhubungan dengan penokohan. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones, 1968:33).

Pengarang menciptakan karakter atau pelukisan gambaran tentang seorang tokoh pada prosa berdasarkan imajinasi. Layaknya dalam kehidupan, tokoh dalam cerita juga memiliki kepribadian dengan segenap permasalahan dan konflik. Hal ini sesuai dengan pernyataan David Daiches (1948:352) bahwa kerpibadian tokoh cerita fiksi muncul dari sejumlah peristiwa dan bagaimana reaksi tokoh tersebut pada peristiwa yang dihadapinya. Permasalahan dan konflik itu dapat berupa individu (batin), mapun sosial (lingkungan). Setiap permasalahan dan konflik itu tentu memiliki sebab, klimaks, dan penyelesaian. Bagian itulah yang akan menjadi daya tarik dan kekuatan sebuah karya sastra.

(19)

Adapun dalam karya sastra, misalnya sebuah novel atau cerpen pun, kita dapat membaca tokoh-tokoh yang mengalami gangguan kejiwaan, kepribadian atau psikologis, yang akan mempengaruhi perjalanan hidup tokoh selanjutnya, bahkan juga dapat membahayakan orang lain yang ada disekitarnya. Untuk memahami tokoh tersebut seringkali kita membutuhkan sejumlah informasi yang berasal dari ilmu kejiwaan (psikologi). Melalui psikologi, kita dapat memahami sifat manusia melalui tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel secara mendalam, sehingga dapat mengidentifikasi dan menjelaskan mengapa tokoh mengalami gangguan atau keunikan dalam kejiwaan, kepribadian atau psikologis, faktor-faktor apa yang melatarbelakanginya, serta bagaimana cara mengatasi masalah yang dihadapinya.

Psikologi atau psikoanalisis dapat mengklasifikasi tokoh berdasar tipe psikologi dan tipe fisiologisnya. Psikoanalisis dapat pula menguraikan kelainan jiwa bahkan alam bawah sadarnya. Bukti-bukti itu diambil dari dokumen di luar karya sastra atau dari karya sastra itu sendiri. Untuk menginterpretasi karya sastra sebagai bukti psikologis, psikolog perlu mencocokkannya dengan dokumen-dokumen di luar karya sastra. Psikoanalisis dapat digunakan untuk menilai karya sastra karena psikologi dapat menjelaskan proses kreatif. Misalnya, kebiasaan pengarang merevisi dan menulis kembali karyanya. Psikoanalisis dalam karya sastra berguna untuk menganalisis secara psikologis tokoh-tokoh dalam drama dan novel. Terkadang pengarang secara tidak sadar maupun secara sadar dapat memasukkan teori psikologi yang dianutnya.

(20)

tidak lepas dari kejiwaan masing-masing. Bahkan psikologi sastra mengenal karya sastra sebagai pantulan kejiwaan. Pengarang akan menangkap gejala kejiwaan kemudian diolah ke dalam teks dan dilengkapi dengan kejiwaan. Proyeksi pengalaman sendiri dan pengalaman hidup di sekitar pengarang akan terproyeksi secara imajiner ke dalam teks sastra. Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokohnya jika teks berupa drama atau prosa.

Apabila pembaca ingin memahami sifat manusia dapat melalui tokoh dan penokohan yang terdapat dalam cerita dengan menggunakan pendekatan psikologi. Pendekatan psikologi dapat mengungkapkan berbagai macam watak tokoh, sikap, dan kepribadian tokoh. Oleh karena itu tokoh dan penokohan merupakan unsur yang tidak dapat ditiadakan. Melalui penokohan cerita menjadi lebih nyata dalam pikiran pembaca dan pembaca dapat dengan jelas menangkap wujud manusia yang sedang diceritakan oleh pengarang. Asal usul dan penciptaan karya sastra dijadikan pegangan dalam penilaian karya sastra itu sendiri. Jadi psikoanalisis adalah studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra.

(21)

Shiosai yang diterbitkan tahun 1954, dan inspirasinya berasal dari legenda Yunani Daphnis dan Chloe1.

Novel Shiosai merupakan salah satu hasil karya roman Yukio Mishima yang berhasil mendapatkan penghargaan shinchosha literary prize setelah diterbitkan. Novel ini mengangkat tema dengan kisah percintaan yang rumit, yaitu tokoh Shinji seorang pemuda nelayan miskin dengan Hatsue seorang gadis kaya di sebuah desa di daerah pesisir Jepang yang sangat terpencil yang bernama Uta Jima. Hubungan mereka tidak mendapat restu dari ayah Hatsue yang merupakan salah satu orang penting di desa itu. Gelombang fitnah yang sangat keras serta banyaknya kendala dalam hubungan menjadi tantangan atas keteguhan hati mereka. Namun karena kesungguhan dan keteguhan hati, Shinji mampu menunjukkan segala kemampuan yang ia miliki kepada ayah Hatsue bahwa ia layak menjadi pasangan hidup untuk anaknya, pada akhirnya Shinji mendapatkan restu dari ayah Hatsue untuk menikahi Hatsue. Inilah sebuah kisah tentang cinta pertama yang liris sekaligus keras yang bisa mungkin terjadi pada siapapun dan dimanapun.

Penelitian ini mengkaji novel “Shiosai ” karya Yukio Mishima. Di dalam novel

ini mempunyai keunikan dalam fenomena psikologis dalam hal ini yaitu kepribadian tokoh utama. Tokoh utama dalam novel ini adalah Shinji yang sedang mengalami masa jatuh cinta dengan seorang wanita. Dalam masa jatuh cinta inilah menimbulkan krisis identitas serta konflik di dalam diri Shinji. Berbagai konflik dan permasalahan inilah yang menciptakan fantasi dan pikiran di dalam diri Shinji.

(22)

Dalam novel Shiosai karakterisasi tokoh Shinji penulis anggap sebagai tokoh yang paling tepat untuk diteliti, karena sebagai tokoh utama, tokoh ini paling banyak mengalami permasalahan atau konflik dibandingkan tokoh-tokoh lainnya. Bagian kepribadian tokoh utama dalam novel Shiosai adalah salah satu bagian paling menonjol yang menarik untuk dianalisis, sebab kepribadian dalam novel ini sangat kompleks.

Adanya kepribadian introvert yang ada dalam diri Shinji timbul dari rentetan peristiwa dan konflik yang terjadi dalam hidupnya. Kepribadian Introvert merupakan kepribadian manusia yang dipengaruhi oleh dunia subjektif, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke dalam pikiran, perasaan serta tindakan-tindakanya ditentukan oleh faktor subjektif yaitu, penyesuaian dengan dunia luar yang kurang baik, jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati orang lain, tetapi penyesuaian dengan hatinya sendiri baik.

Kepribadian introvert di dalam diri Shinji dilatarbelakangi oleh berbagai faktor. Yukio Mishima sebagai pengarang novel ini menampilkan tokoh cerita secara apik dengan penuh imajinasinya menghadirkan tokoh-tokoh rekaan yang memuat aktivitas kejiwaan yang sukses membuatnya menjadi begitu terasa nyata. Yukio Mishima membuat tokoh dalam novel Shiosai ini mengandung fenomena-fenomena psikologis yang menapilkan aspek-aspek kejiwaan dalam hal ini yaitu kepribadiaan tokoh utama yang menarik untuk diteliti lebih lanjut dengan pendekatan ilmu kejiwaan (psikologi) dalam menghadapi konflik serta permasalahan dan menjadikan novel ini menarik.

(23)

kepribadian tokoh utama, yaitu kesadaran (ego), aspek ketidaksadaran pribadi (personal unconscious), dan aspek ketidaksadaran kolektif (collective unconscious). Dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadiaan manusia untuk menganalisis faktor yang melatarbelakangi munculnya kepribadian introvert. Oleh karena itu, peneliti memilih tema dengan judul “Kepribadian Tokoh Utama Shinji dalam Novel Shiosai Karya Mishima Yukio

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas rumusan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1) Bagaimanakah kepribadiaan tokoh Shinji dalam novel Shiosai karya Mishima Yukio menggunakan teori psikoanalisis Carl Gustav Jung?.

2) Apa saja faktor yang mempengaruhi kepribadian tokoh shinji dalam novel Shiosai karya Mishima Yukio?.

1.3Tujuan Penelitian

Dalam sebuah penelitian harus mempunyai tujuan agar lebih terarah dalam prosesnya. maka penulis memiliki tujuan sebagai berikut :

1) Mendeskripsikan bentuk kepribadian tokoh utama Shinji yang tercermin dalam novel Shiosai karya Mishima Yukio menggunakan teori psikoanalisis Carl Gustav Jung.

(24)

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat teoritirs dalam melakukan penelitian ini yaitu, agar diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan dan informasi mengenai hubungan sastra dengan psikologi, terutama psikoanalisis Carl Gustav Jung dalam mengkaji karya sastra, khususnya pada novel Shiosai karya Mishima Yukio .

Manfaat praktisnya adalah penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sarana untuk memahami kepribadian tokoh dalam novel Shiosai karya Mishima Yukio serta sebagai masukan dan pertimbangan dalam penelitian karya sastra lain.

1.5Ruang Lingkup

Objek material dalam penelitian ini adalah novel Nyanyian Laut Shiosai karya Yukio Mishima. Objek formal penelitian ini dibatasi pada kepribadian yang meliputi kesadaran (ego), ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif tokoh Shinji dalam novel Shiosai karya Mishima Yukio menggunakan teori psikoanalisis Carl Gustav Jung. Faktor yang melatarbelakangi tokoh Shinji memiliki kepribadian introvert dalam novel Shiosai karya Mishima Yukio yaitu terbagi dua dari faktor ketidaksadaran pribadi (faktor kedewasaan, faktor motif cinta, faktor frustasi, dan faktor konflik) dan ketidaksadaran kolektif (faktor biologis, faktor agama dan faktor mistis).

1.6Metode Penelitian

(25)

Metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data ilmiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Maka dalam penelitian ini penulis akan memaknai data penelitian yang sudah diperoleh.

Pendekatan dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. Penelitian ini mengangkat permasalahan bagaimana kepribadian tokoh utama novel menggunakan teori psikoanalisis Carl Gustav Jung, yaitu adalah aspek kesadaran (ego), ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif. Penelitian ini menggunakan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Teori struktural sebagai teori bantu mengenai tokoh dan penokohan. Kemudian analisis faktor yang mempengaruhi tokoh Shinji memiliki kepribadian introvert dalam novel Shiosai karya Mishima Yukio.

1.7Sistematika Penulisan

Sistem penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut.

BAB 1 Pendahuluan. Bab ini memberikan gambaran secara umum tentang penelitian, yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup, metode penelitian dan sistematika penulisan.

(26)

BAB 3 merupakan pemamparan hasil dan pembahasan dari analisis dari bentuk kepribadian tokoh utama dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian tokoh utama dalam novel.

(27)

12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Panduan atau acuan teori dan data pada penelitian sebelumnya merupakan hal penting untuk menunjang penelitian ini, baik dalam kesamaan objek material, teori, maupun metode yang digunakannya. Berikut ini merupakan uraian mengenai penelitian-penelitian sebelumnya yang mempunyai kesamaan objek material dan perbedaan dengan penelitian ini:

Penelitian berjudul “Etika Bushido Dalam Novel Shiosai Karya Yukio Mishima”

skripsi yang ditulis oleh Anto Gultom mahasiswa Sastra jepang, Universitas Sumatera Utara Medan. Penulis skripsi ini menjelaskan tentang unsur budaya berupa semangat samurai atau etika bushido yang diungkapkan oleh Yukio Mishima dalam novel Shiosai, serta menjelaskan kaitan antara nilai bushido dengan tokoh utama dalam novel. Anto Gultom menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu, memberi gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala dalam kelompok tertentu. Selain itu, ia menggunakan pendekatan semiotik yaitu pemahaman suatu makna karya sastra melalui tanda.

Penelitian berjudul “Perilaku Amae Pada Tokoh-Tokoh Dalam Novel Shiosai

(28)

Brawijaya program studi Jepang jurusan bahasa dan sastra. Penulis melakukan penelitian tentang bagaimana perilaku amae yang tercermin pada tokoh-tokoh dalam novel Shiosai karya Mishima Yukio. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Satrio Pribadi menggunakan pendekatan salah satu unsur dari kajian struktural yaitu karakterisasi penokohan, penggunaan teori penokohan dimaksudkan untuk membantu proses mengidentifikasi perilaku tokoh-tokoh dalam novel Shiosai, dengan tambahan teori konsep Amae yang ia gunakan untuk menganalisis perilaku Amae pada tokoh utama dalam novel Shiosai.

Penelitian berjudul “Kepribadian Tokoh Utama Novel Midah Simanis Bergigi

Emas Karya Pramoedya Ananta Toer” skripsi yang ditulis oleh Silvia Oktaviani Br

Purba mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Diponegoro. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengungkapkan kepribadian tokoh utama novel. Silvia menggunakan pendekatan struktural untuk mendeskripsikan aspek struktur (tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, dan latar) dan pendekatan psikologi sastra sebagai landasan dalam menganalisis kerpibadian tokoh utama. Hasil dari analisis data penelitian psikologi sastra tokoh utama ini menggunakan teori dari Carl Gustav Jung, tipe kepribadian tokoh berdasarkan fungsi jiwa dan sikap jiwa.

(29)

tokoh utama melalui aspek kesadaran (ego), aspek ketidaksadaran pribadi (personal unconscious), dan aspek ketidaksadaran kolektif (collective unconscious).

Dari pemaparan di atas dapat dilihat bahwa sudah ada beberapa penelitian yang menggunakan novel Shiosai karya Mishima Yukio sebagai objek material, namun sejauh penulis mencari penelitian melalui internet dan kepustakaan, belum ada satu pun yang menjadikan novel Shiosai sebagai penelitian yang menganalisis tentang psikologi kepribadian tokoh utama dalam novel. Dengan kata lain, peneliti merupakan orang pertama yang menganalisis kepribadian tokoh utama dalam novel Shiosai karya Mishima Yukio dengan menggunakan teori psikoanalisis Carl Gustav Jung.

2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Tokoh dan penokohan 2.2.1.1 Tokoh

Untuk menganalisis kepribadian tokoh utama, yaitu dalam aspek ego (kesadaran), aspek ketidaksadaran pribadi (personal unconscious), dan aspek ketidaksadaran kolektif (collective unconscious) tokoh utama, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan tokoh. Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita (Aminuddin, 1991:79).

(30)

individu rekaan yang memiliki peristiwa. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku yang memiliki dan menjalankan rangkaian peristiwa yang ditafsirkan dengan ucapan dan tindakan dalam suatu karya sastra naratif maupun drama sehingga menghasilkan suatu alur cerita yang utuh.

Tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat dibagi beberapa jenis. (Aminuddin, 1991:79-80) menyatakan terdapat dua macam tokoh dalam suatu cerita, yaitu :

a. Tokoh Utama

Tokoh utama merupakan tokoh yang sering muncul dalam suatu cerita, ataupun paling banyak diceritakan oleh tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Selain itu ia memiliki peranan penting dalam membangun sebuah cerita atau konflik yang terjadi didalamnya.

Menurut Nurgiyantoro (1995:177) tokoh utama cerita (central character atau main character) adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.

Tokoh utama memiliki peranan penting dalam suatu cerita ini sejalan dengan penjelasan Aminuddin yang mengatakan bahwa seorang tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama (1991:79).

b. Tokoh Pembantu/Tokoh Tambahan

(31)

Tokoh pembantu atau tokoh tambahan (peripheral character). Tokoh ini hanya dimunculkan sekali atau bebrapa kali dalam cerita, dan itu pun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek. Permunculan tokoh-tokoh ini dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung atau tidak langsung.

2.2.1.2 Penokohan

Kemudian untuk menganalisis kepribadian tokoh utama, yaitu dalam aspek ego (kesadaran), aspek ketidaksadaran pribadi (personal unconscious), dan aspek ketidaksadaran kolektif (collective unconscious) yang terdapat dalam penokohan, kita harus mengetahui pengertian penokohan terlebih dahulu. Rokhmansyah (2014:34) menyatakan bahwa penokohan dan perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun keadaan batinnya yang dapat berubah, pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya.

Nurgiyantoro (1995) menyatakan bahwa penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Adapun menurut Jones (1968:33), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran seseorang yang jelas yang ditampilkan dalam sebuah cerita dan mempunyai sikap-sikap tertentu.

2.2.1.3 Teknik Pelukisan Tokoh

(32)

teknik dramatik. Istilah lain kedua teknik pelukisan tokoh di atas adalah teknik pelukisan secara langsung dan pelukisan secara tidak langsung.

1. Teknik Ekspositori

Teknik ini sering disebut dengan teknik analitis, pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang ke hadapan pembaca secara tidak berbelit-belit, melainkan begitu saja dan langsung disertai deskripsi kediriannya yang mungkin berupa sikap, sifat watak, tingkah laku, atau bahkan ciri fisik (Rokhmansyah, 2014: 35).

2. Teknik Dramatik

Penampilan tokoh cerita dalam teknik dramatik dilakukan secara tidak langsung. Artinya, pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun non verbal lewat tindakan atau tingkah laku dan juga melalui peristiwa yang terjadi (Rokhmansyah, 2014: 35).

Dalam penggambarannya dengan cara teknik dramatik dapat dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu:

a. Teknik cakapan

Melalui percakapan antar tokoh dapat digunakan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh.

(33)

Melalui tindakan non verbal atau fisik yaitu tindakan dan tingkah laku dapat dipandang sebagai cerminan dari sifat-sifat tokoh.

c. Teknik pikiran dan perasaan

Apa yang dipikirkan dan dirasakan tokoh akan dapat mencerminkan sifat-sifat tokoh.

d. Teknik arus kesadaran

Teknik ini merupakan sebuah teknik narasi yang menangkap pandangan dan aliran proses mental tokoh, karena tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketidaksadaran pikiran.

e. Teknik reaksi tokoh lain

Teknik ini menggambarkan sifat atau watak tokoh dengan cara melihat dari reaksi tokoh lain terhadap kejadian, masalah, keadaan, kata, dan sikap tingkah laku seorang tokoh.

f. Teknik pelukisan latar

Suasana latar juga sering dipakai untuk menggambarkan kedirian tokoh dan juga dapat mengintensifkan sifat kedirian tokoh (Rokhmansyah, 2014:36).

2.2.2 Psikologi Sastra

(34)

melakukan sesuatu dan juga memahami bagaimana seseorang tersebut berpikir dan berperasaan.

Pendekatan psikologi adalah pendekatan penelaahan sastra yang menekankan pada segi-segi psikologis yang terdapat dalam suatu karya sastra (Semi.1989:46). Sebuah penelitian yang menggunakan pendekatan ini, selalu mengaitkan aspek yang ada dalam karya dengan peristiwa kejiwan.

Gejala psikologis yang dialami oleh tokoh dalam suatu karya sastra merupakan hal yang dapat diteliti dengan menggunakan psikologi sastra. Selain penelitian teks sastra dengan pendekatan psikoanalitis, banyak juga dilakukan penelitian teks sastra dengan pendekatan psikologis konvensional.

Pendekatan psikologis konvensional dalam penelitian teks sastra adalah pemanfaatan teori-teori psikologi perkembangan, psikologi kepribadian dan lain-lain untuk menafsirkan unsur kejiwaan tokoh.

Sastra adalah ungkapan jiwa dan wakil jiwa lewat bahasa sehingga dapat diartikan bahwa sastra tidak mampu melepaskan diri dari aspek psikis. Jiwa pula yang berkecamuk dalam sastra. Pendek kata, memasuki sastra akan terkait dengan psikologi karya itu. Inilah awal kehadiran psikologi sastra dalam penelitian sastra.

(35)

karena terdapat kemungkinan apa yang tertangkap oleh pengarang tidak mampu diamati oleh psikolog atau sebaliknya. Titik temu keduanya dapat digabung menjadi psikologi sastra.

Ditinjau dari segi ilmu bahasa, psikologi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu atau pengetahuan, karena itu kata psikologi sering diartikan ilmu jiwa (Walgito, 2004: 7). Walgito mengatakan bahwa psikologi merupakan ilmu yang mempelajari dan menyelidiki aktivitas dan tingkah laku manusia. Aktivitas dan tingkah laku tersebut merupakan manifestasi kehidupan jiwa. Jadi, jiwa manusia terdiri atas dua alam, yaitu alam sadar (kesadaran) dan alam tak sadar (ketidak sadaran). Kedua alam tersebut tidak hanya saling menyesuaikan, alam sadar menyesuaikan terhadap dunia luar, sedangkan alam tak sadar sebuah penyesuaian terhadap dunia dalam (batin).

Merujuk dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi sastra merupakan perilaku kejiwaan tokoh yang terdapat dalam karya sastra, yaitu novel Shiosai karya Mishima Yukio. Penelitian yang akan dilakukan ini memilih aspek-aspek yang terdapat dalam ilmu psikologi dengan penerapannya pada karya sastra. Aspek ini menekankan pada kepribadian yang ditinjau dari pandangan psikologi.

2.2.3 Psikoanalisis Carl Gustav Jung

(36)

itu sukar dipelajari secara objektif. Kecuali itu keadaan jiwa seseorang melatarbelakangi timbulnya hampir seluruh tingkah laku (Dirgagunarsa 1978:9).

Mempelajari psikologi erat kaitannya dengan kejiwaan. Hal ini berarti ada usaha untuk mengenal manusia, untuk memahami, menguraikan dan menggambarkan tingkah laku, kepribadian manusia beserta aspek-aspeknya. Sehingga setiap manusia secara individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda bila ditinjau dari berbagai aspek-aspek kepribadian atau personality traits. Hal ini membedakan individu satu dengan individu yang lainnya bersifat unik dan individual dari orang tersebut.

Carl Gustav Jung (1875-1961) adalah murid Freud yang terkenal dengan pahamnya yaitu psikologi analitis (analytical psychology). Teori jung dibedakan dengan teori psikoanalisa Freud pada penekanannya yang lebih kuat pada tujuan tingkah laku (teleologi). Garis besar dari teori Jung adalah bahwa kepribadian seseorang terdiri dari dua alam yaitu alam kesadaran dan alam ketidaksadaran.

Menurut Jung ketidaksadaran dibagi menjadi dua yaitu ketidaksadaran pribadi (personal unconsciousness) dan ketidaksadaran kolektif (collective unconsciousness). Isi ketidaksadaran pribadi diperoleh melalui hal-hal yang diperoleh dari individu selama hidupnya, sedangkan isi dari ketidaksadaran kolektif diperoleh selama pertumbuhan jiwa keseluruhannya, seluruh jiwa manusia melalui sensasi. Ketidaksadaran kolektif ini merupakan warisan kejiwaan yang besar dari perkembangan kemanusiaan yang terlahir kembali dalam struktur tiap individu (Budiningsih, 2002:14).

(37)

sangat berlawanan. Misalnya, jika seseorang yang kesadarannya bertipe pemikir maka ketidaksadarannya bertpe perasa (Suryabrata, 2000:163).

2.2.3.1Struktur Kepribadian

Suryabrata (2000:156-157) menyatakan bahwa Jung berbicara tentang psyche (kepribadian). Adapun yang dimaksud psyche atau kepribadian adalah totalitas segala peristiwa psikis baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Jadi, jiwa manusia terdiri dari dua alam, yaitu :

1) Kesadaran (alam sadar)

2) Ketidaksadaran (alam tidak sadar)

Keduanya saling mengisi dan berhubungan secara kompensatoris. Kompensatoris artinya semakin berkembang fungsi superior maka semakin besarlah gangguan terhadap keseimbangan jiwa yang dapat menjelma dalam bentuk tindakan-tindakan yang tidak terkendalikan, semakin besar tanggungan dalam jiwanya. Fungsi dari kesadaran yaitu untuk penyesuaian terhadap dunia luar (lingkungan), sedangkan ketidaksadaran yaitu penyesuaian terhadap dunia alam (batin atau yang ada dalam pikiran). Batas antara kedua alam ini tidak tetap, tetapi dapat berubah-ubah, artinya luas daerah kesadaran dan ketidaksadaran itu dapat bertambah atau berkurang (Suryabrata, 2002:157).

1. Struktur Kesadaran

(38)

Dimensi keasadaran dari kepribadiaan ini adalah ego. Menurut (Carl Gustav Jung, dalam Platania, 1997:50) Ego adalah “The Conscious Self-what you usually mean

you say ‘I’” Yang berarti keasadaran adalah apa yang biasa anda maksud ketika

mengatakan “aku”.

Kesadaran mempunyai dua kompenen pokok yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa, yang masing-masing memiliki peranan penting dalam orientasi manusia dalam dunianya sebagai berikut:

1) Fungsi Jiwa

Fungsi jiwa merupakan suatu aktivitas kejiwaan yang secara teori tidak berubah dalam lingkungan yang berbeda-beda. Jung membedakan empat pokok fungsi jiwa yaitu dua rasional yang terdirir dari pikiran dan perasaan, sedangkan dua irasional terdiri dari pendriaan dan intuisi (Suryabrata, 2000:158).

Fungsi rasional berkerja dengan penilaian: pikiran, menilai atas dasar benar dan salah, sedangkan perasaan menilai atas dasar menyenangkan dan tidak menyenangkan. Kedua fungsi irasional dalam fungsinya tidak memberikan penilaian, melainkan hanya semata-mata mendapat pengamatan dengan sadar indriah, sedang intuisi mendapat pengamatan secara tidak sadar naluriah.

Pada dasarnya setiap manusia memiliki keempat fungsi tersebut , tetapi biasanya hanya salah satu fungsi saja yang dominan atau paling berkembang. Fungsi yang paling dominan itu merupakan fungsi superior dan menentukan tipe orangnya: tipe pemikir, tipe perasa, tipe pengindraan, tipe intuitif.

(39)

1. Tipe pemikir/pikiran yaitu orang yang banyak menggunakan akalnya dalam melakukan sesuatu. Biasanya dimiliki oleh orang-orang yang bekerja atas logika dan bermental analitis.

2. Tipe perasa terdapat pada orang-orang yang sangat dikuasai oleh emosinya, cepat merasa senang atau cepat sedih, menilai segala sesuatu berdasarkan suka atau tidak suka.

3. Tipe pengindraan yaitu kepribadiaan yang dipengaruhi oleh pancaindera (sensation), dan cepat sekali bereaksi terhadap rangsangan yang diterima pancaindera.

4. Tipe intuitif yaitu kepribadiaan yang sangat dipengaruhi oleh firasat atau perasaan kira-kira. Orang dengan kepribadian ini bersfiat spontan. Kepribadian yang muncul secara alamiah, dan fungsi ini mendapat pengamatan secara tidak sadar melalui naluri.

Jika sesuatu fungsi superior, yaitu menguasai kehidupan alam sadar, maka fungsi pasangannya menjadi fungsi inferior, yaitu ada dalam ketidaksadaran, sedangkan kedua fungsi yang lain menjadi fungsi bantu sebagian terletak dalam alam sadar dan sebagian lagi dalam alam tidak sadar.

2) Sikap Jiwa

(40)

Tiap orang mengadakan orientasi terhadap dunia sekitarnya, namun dalam caranya mengadakan orientasi itu orang yang satu berbeda dengan yang lainnya. Misalnya ada orang yang lekas menutup dirinya atau menutup jendela kalau dirasanya hawa dingin, tetapi ada yang acuh tidak peduli saja, ada orang yang lekas mengagumi orang-orang yang baru mulai naik bintangnya karena kebanyakan orang menyanjungnya, tetapi sebaliknya ada yang karena ia berpendapat bahwa tidak semua orang yang dikagumi orang banyak itu memang pantas dikagumi.

Apabila orientasi manusia terhadap segala sesuatu itu demikian rupa sehingga putusan-putusan dan tindakan-tindakannya kebanyakan dan terutama tidak dikuasai oleh pendapat-pendapat subjektifnya, maka individu yang demikian itu dikatakan mempunyai orientasi kepribadian ekstrovert. Dan apabila orientasi ekstrovert ini menjadi kebiasaan, maka individu yang bersangkutan mempunyai tipe ekstrovert.

Jadi berdasarkan atas sikap jiwanya manusia dapat digolongkan menjadi dua kepribadian, yaitu:

1. Manusia bertipe ekstrovert

Ekstrovert merupakan tipe kepribadian yang lebih mementingkan dunia eksternal yang terdiri dari segala benda, orang lain, dan aktivitas-aktivitas luar (Boerre,2010:199).

(41)

apabila ikatan kepada dunia objektif, ia kehilangan dirinya atau asing terhadap dunia subjektifnya sendiri.

Seorang ekstrovert memiliki tipe kepribadian yang tidak takut akan hal apapun. Standar moral dunia luar sangat berpengaruh bagi seorang ekstrovert. Jika budaya dunia luar berubah maka orang ekstrovert akan menyesuaikan pandangan dan perilakunya, sesuai dengan tuntutan lingkungan sekitarnya. Ia tenggelam ke dalam objek dan kehilangan diri. Ada kekacauan fungsi dalam psikis dan fisik sebagai akibat logis dari paksaan ke dalam suatu pengekangan diri yang tidak dikehendaki. Kecendrungan ke dunia luar dirinya sangat kuat.

2. Manusia bertipe Introvert

Introvert adalah orang yang lebih mementingkan dunia pikiran, perasaan, fantasi, dan mimpi mereka, menarik diri dari dunia luar sering kali disebabkan karena rasa malu, cenderung memfokuskan kepada diri sendiri dalam pikiran dan perasaan (Hidayat, 2011:49). Adapun menurut Sarwono (2010:181) Introvert adalah orang dengan kepribadian yang cenderung untuk menarik diri dan menyendiri, terutama dalam keadaan emosional, sedang menghadapi masalah atau konflik. Ia pemalu dan lebih suka menyendiri daripada bergabung dengan orang banyak.

(42)

berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati orang lain. Penyesuaiannya dengan batinnya sendiri baik.

Dalam kondisi kurang normal seorang introvert menjadi orang yang peismis dan cemas, karena dunia dan manusia sekitarnya siap menghancurkannya. Dunianya adalah suatu pelabuhan yang aman. Teman pribadinya adalah yang terbaik. Bahaya tipe introvert ini ialah kalau jarak dengan dunia objektif terlalu jauh, sehingga orang lepas dengan dunia objektifnya.

Ciri introvert yang tampak dalam diri orang dewasa adalah kecendrungan menilai rendah hal-hal atau orang lain, sekedar untuk mengurangi bobot kepentingan mereka.

2. Struktur Ketidaksadaran

Ketidaksadaran mempunyai dua komponen yaitu (1) ketidaksadaran pribadi dan (2) ketidaksadaran kolektif.

1) Ketidaksadaran Pribadi

(43)

Ketidaksadaran pribadi ini juga meliputi alam prasadar dan alam bawah sadar. Alam prasadar merupakan daerah perbatasan antara ketidaksadaran pribadi dan kesadaran, dan berisikan hal-hal yang siap masuk ke kesadaran. Alam bawah sadar: berisikan kejadian-kejadian psikis yang terletak pada daerah perbatasan antara ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif, misalnya hal-hal yang tidak diolah, keadaan psikologis yang disebabkan oleh atau seolah-olah disebabkan oleh suatu mantra dan sejenis dengannya.

2) Ketidaksadaran Kolektif

Ketidaksadaran kolektif adalah sistem yang paling berpengaruh terhadap kepribadian dan bekerja sepenuhnya di luar kesadaran orang yang bersangkutan. Sistem ini merupakan pembawaan rasial yang mendasari kepribadian dan merupakan kumpulan pengalaman-pengalaman dari generasi-generasi terdahulu, bahkan dari nenek moyang manusia waktu masih berupa hewan (Sarwono, 1987:170).

Ketidaksadaran kolektif mengandung isi-isi yang diperoleh selama pertumbuhan jiwa seluruhnya, yaitu pertumbuhan jiwa seluruh jenis manusia, melalui generasi yang terdahulu. Ini merupakan endapan cara-cara reaksi kemanusiaan yang khas semenjak zaman dahulu di dalam manusia menghadapi situasi-situasi ketakutan, bahaya, perjuangan, kelahiran, kematian dan sebagainya.

(44)

tidak dapat dibuat sadar, manifestasi dari hal-hal ini dialami oleh individu sebagai sesuatu yang asing.

Ketidaksadaran adalah tidak disadari dan pengetahuan mengenai ketidaksadaran itu diperoleh secara tidak langsung, yaitu melalui manifestasi ketidaksadaran itu. Manifestasi dari ketidaksadaran ini berupa symptom dan kompleks, mimpi, fantasi, khayalan, dan archetypus sebagai berikut:

1) Symptom dan Kompleks

Symptom dan kompleks merupakan gejala-gejala yang masih dapat disadari. Symptom adalah “gejala dorongan” daripada jalannya energi normal, yang dapat

berbentuk symptom kejasmanian maupun kejiwaan. Symptom adalah tanda bahaya yang memberitahu bahwa ada sesuatu dalam kesadaran yang kurang, dan karenanya perlu perluasan ke alam tidak sadar.

Kompleks-kompleks adalah bagian kejiwaan kepribadian yang telah terpecah dan lepas dari kontrol kesadaran dan kemudian mempunyai kehidupan sendiri dalam kegelapan dan ketidaksadaran, yang selalu dapat menghambat atau memajukan prestasi-prestasi kesadaran.

(45)

2) Mimpi, fantasi, dan khayalan

Mimpi sering terjadi dari kompleks dan merupakan “pesan rahasia dari sang

malam”. Mimpi mempunyai hukum sendiri dan bahasa sendiri: bahasanya bersifat

lambang dan untuk memahaminya perlu ditafsirkan.

Mimpi menurut Jung mempunyai fungsi kontruktif, yaitu mengkompensasikan keberat-sebelahan dari konflik yang mempunyai arti profetis. Jung juga mengemukakan fantasi dan khayalan sebagai bentuk manifestasi ketidaksadaran. Kedua hal ini bersangkutan dengan mimpi, dan timbul pada waktu taraf kesadaran merendah; variasinya boleh dikata tidak terhingga, dari mimpi siang hari hingga impian tentang keinginan-keinginan sampai pada khayalan khusus orang-orang yang dalam keadaan ekstase.

3) Archetypus

Archetypus merupakan bentuk pendapat instinktif dan reaksi instinktif terhadap situasi tertentu, yang terjadi di luar kesadaran. Archetypus-archetypus ini dibawa sejak lahir dan tumbuh pada ketidaksadaran kolektif selama perkembangan manusia (sebagai jenis), jadi tidak tergantung pada manusia perseorangan.

(46)

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Tokoh

Berdasarkan teori Jung di atas, maka faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian adalah faktor ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif yang meliputi:

1) Ketidaksadaran Pribadi

Ketidaksadaran pribadi meliputi hal-hal yang diperoleh individu selama hidupnya yang akan berpengaruh di dalam tingkah lakunya. Hal-hal tersebut meliputi :

a. Faktor Kedewasan

Kedewasaan merupakan tingkat kematangan seseorang dalam memenuhi tugas-tugas di masa perkembangan masa kanak-kanak, masih remaja, dan remaja akhir (Hurlock, 1992: 25). Misalnya seorang anak kecil yang pada umur tertentu yang seharusnya bisa mengenali orang-orang di sekelilingnya tetapi anak tersebut ternyata belum mengenali mereka, maka anak tersebut dapat dikatakan gagal dalam memenuhi tugasnya sebagai anak seumurnya atau tidak matang dalam perkembangannya. b. Faktor Motif Cinta

Sanggup mencintai dan dicintai adalah hal esensial sebagai pertumbuhan kepribadian. Kehangatan, persahabatan, ketulusan kasih sayang, penerimaan orang lain yang hangat sangat dibutuhkan manusia.

c. Faktor Frustasi

(47)

d. Faktor Konflik

Konflik merupakan sikap seorang yang menentang, berselisih maupun cekcok terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

e. Faktor Ancaman

Yaitu sikap seseorang yang akan melakukan sesuatu terhadap suatu objek baik berupa pertanda atau peringatan mengenai sesuatu yang akan terjadi (Suryabrata, 2002: 141-142).

2) Ketidaksadaran kolektif

Ketidaksadaran kolektif adalah sistem yang paling berpengaruh terhadap kepribadian dan bekerja sepenuhnya di luar kesadaran orang yang bersangkutan dan merupakan suatu warisan kejiwaan yang besar dari perkembangan kemanusiaan (Dirgagunarsa, 1978: 72). Hal-hal tersebut tersebut meliputi biologis, filsafat, agama, dan mistik. a. Faktor Biologis

Faktor biologis berpengaruh dalam seluruh kegiatan manusia. Warisan biologis manusia menentukan kejiwaannya. Kejiwaan yang merupakan bawaan manusia, bukan pengaruh lingkungan (Rakhmat, 1986: 41-45). Faktor biologis ini misalnya kebutuhan biologis seseorang akan rasa lapar, rasa aman dan hasrat seksual.

b. Filsafat

(48)

hidup serta apa yang merupakan hasil-hasil ilmu dan pemahaman tentang moral, etika, estetika, dan agama.

Menurut Socrates (dalam Rahman Dkk, 2003: 46), filsafat adalah cara berpikir yang radikal dan menyeluruh atau cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya dan berkelanjutan. Filsafat mendorong orang untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan apa yang belum diketahui. Dengan demikian, filsafat berarti mengoreksi diri sendiri agar orang itu berani berterusterang mengenai keterbatasan pengetahuannya dan kemampuannya. Berfilsafat berarti pula berendah hati terhadap kesemestaan, menyadari akan kedudukannya di tengah-tengah alam semesta. Adapun hal-hal yang menjadi pokok kajian dari filsafat adalah : (a) logika, (b) etika, (c) estetika, (d) metafisika, (e) politik.

Logika adalah kajian yang mencari mana yang benar dan mana yang salah. Sedangkan etika adalah kajian yang mencari mana yang baik dan mana yang buruk. Estetika merupakan kajian untuk menentukan mana yang indah dan mana yang jelek dan metafisika adalah kajian yang termasuk ke dalam teori tentang ada atau tentang tidak ada, hakikat keberadaan suatu zat, hakikat pikiran, dan kaitan antara pikiran dan zat.

(49)

c. Agama

Manusia memerlukan pegangan hidup yang bersifat absolut dan mutlak, agar tidak terombang-ambing dalam ketidakpastian di dalam hidupnya. Pegangan yang bersifat absolut itu tentunya hanya datang dari Dzat yang bersifat absolut pula, yaitu Tuhan. Pegangan-pegangan yang bersifat absolut itu langsung diturunkan oleh Tuhan YME melalui wahyu itulah yang diturunkan kepada utusan-utusan-Nya. Ajaran-ajaran di dalam wahyu itulah yang kemudian disebut agama.

Fungsi agama bagi manusia meliputi: (a) sebagai sistem kepercayaan, (b) sebagai suatu sistem ibadah, (c) sebagai sistem kemasyarakatan. Agama sebagai suatu sistem kepercayaan akan memberikan pegangan yang lebih kokoh tentang suatu masa depan yang pasti bagi manusia.

Di samping itu sistem kepercayaan yang benar dan dihayati dengan mendalam akan menjadikan manusia sebagi seorang yang memiliki taqwa, yang akan menjadikan motivator serta pengendali oleh setiap gerak langkahnya sehingga tidak terjerumus kepada perbuatan-perbuatan hina dan merusak.

Agama sebagai suatu sistem ibadah, agama akan memberi petunjuk kepada manusia tentang tata cara berkomunikasi dengan Tuhan menurut jalan yang dikehendaki-Nya sendiri. Karena menyimpang dari cara-cara yang telah ditetapkan merupakan perbuatan yang tidak disukai Tuhan. Ibadah sebagai sistem komunikasi vertikal antara hamba dengan makhluknya sangat besar efek positifnya.

(50)

d. Mistik

Mistik adalah hal-hal ghaib yang tidak terjangkau dengan akal manusia biasa. Mistik merupakan subsistem yang ada dalam hampir semua agama dan sistem religi untuk memenuhi hasrat manusia yang mengalami dan merasakan emosi bersatu dengan Tuhan. Misal: berdoa, berzikir, mengadakan selametan dan sebagainya.

Mistisisme adalah falsafah hidup yang dimaksudkan untuk meningkatkan jiwa seorang manusia, secara moral, lewat latihan-latihan tertentu, kadang untuk pemenuhan fana dalam realitas yang tertinggi serta pengetahuan tentang-Nya secara intuitif, tidak secara rasional, yang buahnya ialah kebahagiaan rohaniah, yang hakekat realitasnya sulit diungkapnya dengan kata-kata, sebab karakternya bercorak intuitif dan subjektif (Murtadho, 2002: 19).

(51)

36 BAB 3

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA SHINJI DALAM NOVEL SHIOSAI

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai analisis kepribadian tokoh Shinji dengan menggunakan teori psikoanalisis Carl Gustav Jung dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian introvert tokoh Shinji dalam novel Shiosai karya Mishima Yukio.

3.1 Kepribadian Tokoh Shinji yang Meliputi (Kesadaran (Ego), Ketidaksadaran Pribadi, Ketidaksadaran Kolektif) dalam Novel Shiosai Pada bab dua telah dijelaskan bahwa Jung membagi ketidaksadaran menjadi dua yaitu ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif. Isi ketidaksadaran pribadi diperoleh melalui hal-hal yang diperoleh individu selama hidupnya sedangkan isi ketidaksadaran kolektif diperoleh selama pertumbuhan jiwa keseluruhannya, seluruh jiwa manusia melalui sensasi. Ketidaksadaran kolektif ini merupakan warisan kejiwaan yang besar dari perkembangan kemanusiaan yang terlahir kembali dalam struktur tiap individu (Budiningsih, 2002:14).

(52)

kepribadian tokoh utama Shinji berdasarkan teknik pelukisan tokoh, yang menggunakan metode dramatik yaitu penampilan tokoh cerita secara tidak langsung dengan teknik tingkah laku, teknik pikiran dan perasaan, teknik arus kesadaran dan teknik reaksi tokoh lain dalam cerita novel Shiosai karya Mishima Yukio.

3.1.1. Kepribadian Shinji berdasarkan kesadaran (ego)

Berdasarkan struktur kesadaran (ego) kepribadian Shinji dilihat dari fungsi jiwa dan sikap jiwa.

A.Berdasarkan Fungsi Jiwa

Fungsi jiwa pada manusia dibedakan menjadi empat tipe kepribadian yaitu tipe perasa, tipe pemikir, tipe pengindraan dan tipe intuitif. Berdasarkan fungsi jiwa tersebut Shinji merupakan seorang pribadi yang perasa, dia banyak mempergunakan perasaannya dalam melakukan sesuatu. Kepribadian perasa Shinji terlihat dari dirinya yang sangat dikuasai oleh emosinya, perasaan Shinji pun cepat menjadi sedih atau gembira dan menilai segala seseuatu hal dan kejadian berdasarkan suka atau tidak suka.

Fungsi jiwa yang dominan (superior) dalam diri Shinji adalah perasa. Jadi, kepribadian Shinji dalam fungsi jiwa adalah tipe perasa. Hal ini dibuktikan melalui sifat-sifat Shinji sebagai berikut.

1. Emosional

(53)

1) Emosi

Pada saat Shinji sedang bergegas untuk pergi ke kapal, ia mendengar suara seseorang sedang membicarakan hal yang membuatnya emosi. Hal ini terlihat pada kutipan yang menggunakan metode dramatik yaitu penampilan tokoh secara tidak langsung dengan teknik reaksi tokoh sebagai berikut.

者 丸 急い 来 朝風 乗 往来 人 話声

耳 入 本 初江 蝨 新治 心

真暗 (Mishima Yukio, 1954: Hal.39)

Wakamono ga taiheimaru no hō e isoide kita toki, asa kazeninotte, ōrai no hito no hanashi-goe ga mimi ni haitta. `Kawamoto no Yasuo ga Hatsue no shirami ni naru sō ya' Nīharu no kokoro wa kore o kiku to makkura ni natta.

Sementara ia bergegas ke kapal Taibe-maru di sepanjang pantai yang ramai dan sibuk itu, suara seseorang meluncur dari kerumunan orang banyak dan menyentuh telinganya. “Katanya, Yasuo Kawamoto akan menikah dengan hatsue.” Mendengar suara itu darah Shinji tersirap. (Novel Shiosai dalam Max Arifin, 2005: Hal.41).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Shinji merasa marah atau emosi, ketika Shinji mendengar ada seseorang yang berbicara tentang gadis yang dia cintai akan menikah dengan lelaki lain.

Kemudian pada saat Shinji telah membaca semua isi surat dari hatsue, wajah Shinji kelihatan emosi dapat terlihat dalam kutipan yang menggunakan metode dramatik dengan teknik pikiran dan perasaan sebagai berikut.

龍 新治 い 立 新治 顔 あ わ い怒

走 俺 貧乏 い 新治 言 彼

痴 類 言葉 い 出 自 貧 い

い 痴 自 弱 恥 涙

(Mishima Yukio, 1954: Hal. 117)

(54)

kon'na guchi ni ruisuru kotoba o tsuizo kuchi ni dashita koto ga nakatta. Jibun ga mazushī to iu sono koto yori mo, kon'na guchi o kuchi ni shita jibun no yowa-sa o hajite namida ga de kakatta.

Ryuji menjadi terangsang oleh sikap Shinji yang sinar matanya memancarkan rasa amarah yang tidak biasanya. “Semuanya adalah karena aku miskin” Kata Shinji. Selama ini ia tidak pernah sekali pun mengucapkan kata-kata seperti itu dari mulutnya. Dan ia merasakan gelimangan air mata malu di matanya. Bukan karena ia miskin, tapi karena ia terlalu lemah untuk bisa memberikan keputusan terhadap keluhan-keluhan seperti itu. (Novel Shiosai dalam Max Arifin, 2005: Hal. 127)

Kutipan di atas menunjukkan setelah Shinji membaca surat dari Hatsue yang berisi tentang keluh kesah perasaan gadis itu terhadapnya. Shinji terlihat sangat marah dan frustasi kepada dirinya sendiri karena ia tidak mampu membuat keputusan atau jalan keluar untuk keluh kesah Hatsue dan masalah yang ia hadapi dengan gadis itu.

2) Jatuh Cinta

Pada saat Shinji bertemu kembali dengan gadis asing itu, di dalam hati Shinji muncul perasaan asing yaitu perasaan jatuh cinta. Hal ini terlihat pada kutipan yang menggunakan metode dramatik dengan teknik pikiran dan perasaan sebagai berikut.

Kōshite jitto suwatte iru dakenanoni, hageshī rōdō no sai ni shika mi rarenai henka ga okotte kuru no wa,-gimi ga warui. Kare wa jibun no hoho ni tenohira o atete mita. Sono atsui hō Wa tanin no hoho no yōna ki ga shita. Jibun ni wakaranai mono no sonzai wa kare no awari o kizutsuke, ikari wa kare no hoho o nao no koto makka ni shita.

(55)

bila bekerja berat. Ia meletakkan telapak tangan di pipinya untuk merasakannya. Perasaan hangat yang dirasakan itu betul-betul asing baginya bila menyadari adanya sesuatu di dalam dirinya yang selama ini tidak begitu diharapkan dan kegusarannya yang meluap membuat kedua pipinya bertambah panas. (Novel Shiosai dalam Max Arifin, 2005: Hal. 23)

Kutipan di atas menunjukkan pada saat Shinji berjumpa kembali dengan gadis asing itu yang bernama Hatsue. Dalam hati Shinji timbul perasaan aneh yang membuatnya menjadi tidak fokus dalam bekerja dan membuat pipinya menjadi memerah. Dia juga bangga dengan munculnya perasaan tersebut karena sebelumnya Shinji belum pernah merasakan perasaan jatuh cinta.

3) Berharap

Setelah Shinji bertemu dengan seorang gadis yang telah membuat hatinya jatuh hati, dalam hati Shinji timbul rasa berharap bahwa akan ada orang yang akan memberitahu siapakah gadis yang ia temui itu. Hal ini dapat terlihat dari beberapa kutipan berikut yang menggunakan metode dramatik dengan teknik pikiran dan perasaan sebagai berikut.

弟 十 歳 あ 父 戦争 最後 機銃掃射 死 以来

新治 働 出 数 間 女手一 海女 入

一家 支 来 あ (Mishima Yukio, 1954: Hal.13)

Otōto wa jū ni-saidearu. Chichi ga sensō no saigo no toshi ni kijū sōsha o ukete shinde irai, nīharu ga kōshite hataraki ni deru made no sū-nenkan, haha wa on'nade hitotsu de, ama no shūnyū de motte, ikka o sasaete kita nodearu.

(56)

Kutipan di atas menunjukkan pada saat Shinji sedang makan dengan ibunya, Dia sangat menantikan dan berharap bahwa ibunya akan mengatakan sesuatu tentang gadis yang dia temui saat itu.

Shinji juga berharap bahwa akan orang yang menceritakan tentang gadis itu, ketika setelah makan bersama ibunya, pada saat Shinji dan adiknya pergi ke pemandian umum. Hal itu dapat terlihat dari kutipan yang menggunakan metode dramatik dengan teknik pikiran dan perasaan sebagai berikut.

新治 食 話題 視 あ 見知 少女 噂 出

待 親 痴 言わ 人 噂 い

女 あ 食後 弟 銭湯 .銭湯 噂 い 思

(Mishima Yukio, 1954: Hal.14).

Nīharu wa shokutaku no wadai ni, haha-shi no ko kara, ano mishiranu shōjo no uwasa ga deru koto o machi no sonda. Shikashi hahaoya wa, guchi mo gen i wazu, hito no uwasa mo shita garanai on'nadearu. Shokugo, otōto o tsurete sentō e yuku. Sentō de sono uwasa o kikitai to omotta nodearu.

Selesai makan, Shinji dan adiknya pergi ke pemandian umum. Di sini juga ia mengharapkan ada orang yang membicarakan tentang gadis itu. (Novel Shiosai dalam Max Arifin, 2005: Hal. 11 )

一方 関係 何 ン ニング 続 彼 政治

話 保持 例 国 女 子 い 話 あ

(Mishima Yukio, 1954: Hal.14).

Ippō, kankei naku, nani no shinji wa risuningu sa re tsudzuketaga, karera wa seiji no hanashi o hoji shi, soreha tatoeba, gaikoku no on'nanoko ni tsuite hanashimashita koto wa arimasen.

Sementara itu, tanpa mempeduli apa-apa Shinji terus juga memasang telinga, tapi mereka terus berbicara soal politik dan tidak pernah mengalihkan pembicaraan tentang gadis asing itu, misalnya. (Novel Shiosai dalam Max Arifin, 2005: Hal. 12)

(57)

berharap bahwa akan ada seorang yang membicarakan tentang gadis itu. Tapi sayangnya apa yang Shinji lakukan itu sia-sia.

4) Rasa senang atau Bahagia

Shinji juga seorang yang emosional. Pada saat dia melihat gadis yang ia cintai datang menghampirinya, perasaan Shinji menjadi senang atau bahagia. Hal ini terlihat dalam kutipan yang menggunakan metode dramatik dengan teknik reaksi tokoh sebagai berikut.

者 心 息 い 彼 微笑 白い歯 闇 中 美 露

わ 急い 来 少女 胸 大 息 い い 新治 沖

濃紺 思い出 今朝 い憂い 解

勇気 蘇 (Mishima Yukio, 1954: Hal. 43)

Wakamono wa anshin shite toiki o tsuita. Kare no bishō shita shiroi ha wa yami no naka ni utsukushiku Ro wareta. Isoide kitanode, shōjo no mune wa ōkiku ikidzuite ita. Nīharu wa oki no nōkon no yutakana nami no uneri o omoidashita. Kesa kara no kurushī urei wa toke, yūki ga yomigaetta.

Anak muda itu tampak lega. Ia tertawa, giginya yang putih bersih memancarkan keramahan dalam ke gelapan itu. Gadis itu datang dengan tergesa-gesa, napasnya turun naik dengan cepat. Shinji terkenang akan kekayaan ombak biru tua di lautan lepas. Semua siksaan dan godaan hari itu hilang, lenyap dan semangatnya hidup lagi dalam dirinya. (Novel Shiosai dalam Max Arifin, 2005: Hal. 45)

Kutipan di atas menunjukkan Shinji merasa bahagia sekaligus lega dan semangat kembali, karena gadis yang dia cintai Hatsue datang menghampirinya untuk mengantarkan amplop gaji yang hilang.

5) Rasa tidak puas

(58)

menggunakan metode dramatik dengan teknik arus kesadaran dalam kutipan

Mukuchina wakamono wa, kenbun ga sumu to ashibaya ni soko o tachisatta. Sono toki wa tada kōkishin o mitasa reta kōfuku ni bon'yari shite ite, sate, kon'na shitsureina kenbun ga kare no hoho ni shūchi o yobi-samashita no wa, zutto ato, tsumari, tōdai e yuku yamamichi o nobori kakete iru toki ni nattedearu.

Kini, ada rasa tidak puas dalam hatinya terhadap apa yang telah diperhatikannya tadi dan sambil melangkah menuju ke mecusuar itu, ia menyadari betapa kasar caranya ia mengamati tadi. Pikiran dan perasaannya itu menyebabkan pipinya memerah karena malu. (Novel Shiosai dalam Max Arifin, 2005: Hal. 7)

Kutipan diatas menunjukkan bahwa Shinji memang seorang yang emosional. Pada saat setelah Shinji memperhatikan seorang gadis yang ia temui, perasaan Shinji menjadi tidak puas. Dia juga merasa malu dan bersalah karena menurutnya, cara dia memperhatikan gadis itu seakan-akan dia sedang melihat suatu barang aneh. Shinji juga melihat gadis itu dengan tatapan dalam sehingga membuat gadis itu menjadi malu.

6) Berhutang budi

Dalam hati Shinji ada perasaan berhutang budi kepada penjaga menara. Rasa hutang budi Shinji ini ditunjukkan dengan perbuatan dia yang sering mengantarkan ikan ke rumah penjaga menara. Hal ini terlihat pada kutipan yang menggunakan metode dramatik dengan teknik pikiran dan perasaan sebagai berikut.

燈 長 魚 届 行 燈 長 義

感 い あ 新制中学 業 際 者 落第

(59)

い 行 燈 長 奥 近 い 親 息

子 業 引 延 生計 立 い 奥 愬

(Mishima Yukio, 1954: Hal. 10)

Kōshite tōdai-chō no tokoro e tabitabi sakana o todoke ni iku no wa, tōdai-chō ni ongi o kanjite irukaradearu. Shinsei chūgaku no sotsugyō no sai, wakamono wa rakudai shite, mō ̄-toshi sotsugyō o hikinobasa re-sō ni natta. Tōdai no chikaku e itsumo takitsuke no matsuba o hiroi ni ikunode, tōdai-chō no okusan ni chikadzuki ni natte ita hahaoya wa, musuko no sotsugyō o hikinobasa rete wa, seikei ga tachi yukanaito okusan ni utta Eta.

Sudah sering pemuda itu membawa ikan melalui jalan itu ke mecusuar, karena ada perasaan berhutang budi pada si penjaga menara. Tahun lalu sebenarnya ia tidak lulus ujian dan ia harus mengulang setahun lagi. Tapi ibunya, karena sering mencari kayu bakar di sekitar itu, satu kali sempat berkenalan dengan istri sang penjaga menara. Ibunya menceritakan, bahwa ia tidak bisa lagi memelihara keluarganya lebih lama lagi bila anaknya harus mengulang setahun lagi. (Novel Shiosai dalam Max Arifin, 2005: Hal. 8)

学校 出 者 漁 出 燈 獲物 届 買物 用

足 あ い 燈 長 婦 大

(Mishima Yukio, 1954: Hal. 11)

Gakkō o dete, wakamono wa ryō ni deru. Tokidoki tōdai e emono o todokeru. Kaimono no yō o tashite ageru. Sō iu koto kara, tōdai-chō fūfu ni dai sō kawaigara reru yō ni natta.

Begitu ia keluar sekolah, ia menjadi nelayan. Dan sejak itu ada janji dalam hatinya untuk menyisihkan sebagian dari hasil tangkapannya dan mengantarkannya ke penjaga menara itu. Ia juga memperlihatkan dirinya sebagai orang yang bisa disuruh bagi suami-istri itu dan ia menjadi kesayangan mereka. (Novel Shiosai dalam Max Arifin, 2005: Hal. 8)

(60)

7) Rasa Bersalah

Shinji merasa bersalah, setelah dia mencium bibir Hatsue. Hal tersebut dapat terlihat pada kutipan yang menggunakan metode dramatik dengan teknik arus kesadaran sebagai berikut.

海渫 新治 思 瞬間 者 生

経 駆 身 立

(Mishima Yukio, 1954: Hal. 44)

Umi zara no yōda to nīharu wa omotta. Sono shunkan ga sugiru to, wakamono wa kono umarete hajimetenokeiken no ushirometa-sa ni kara re, mi o hanashite tachiaga tta.

“Seperti lumut laut” pikir Shinji. Kemudian moment itu berlalu. Anak muda itu bergerak dan berdiri, disentuh perasaan bersalah pada pengalaman pertama di dalam hidupnya. (Novel Shiosai dalam Max Arifin, 2005: Hal. 46)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Shinji seorang yang emosional. Ia merasa bersalah karena telah mencium bibir Hatsue, dan itu merupakan pengalaman pertama kali dalam hidupnya, ia mencium seorang gadis.

2. Perasaan yang mudah berubah-ubah (Moody)

Menurut Kamus Oxford (2008:285) arti kata moody adalah “having moods that often change; bad-tempered.” Artinya adalah memiliki suasana hati yang sering

berubah; marah.

Referensi

Dokumen terkait

Agar mampu memberikan pendidikan agama dengan baik pada remaja Hindu sejak dini, orang tua harus memiliki pemahaman yang cukup baik tentang ajaran agama Hindu.. Dalam

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, profesionalisme sebagai salah satu hal yang penting dalam melaksanakan tugas masih belum diutamakan oleh

Terhadap PAT tanah, hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis mulsa berpengaruh nyata terhadap pori air tersedia (Tabel 2).Data hasil

Sebelum melakukan proses penelitian, peneliti membuat surat ijin riset dari pihak kampus (Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo Semarang). Setelah

1. Memiliki kemampuan untuk mengekspresikan secara baik ilmu pengetahuan yang dimilikinya baik secara lisan maupun tertulis, hingga hasil karya ilmiahnya dapat

Melalui lembaga-lembaga keagamaan ini, umat dapat mengerti dan menyatukan sikap terhadap ajaran-ajaran keagamaan yang dijalaninya masing-masing untuk menghindari munculnya

Segala puji syukur hanya kepada Allah SWT atas segala limpah rahmat serta berkah hidayah yang telah diberikan Nya sehingga penulis dapat mneyelesaikan skripsi

Usia pensiun normal bagi peserta ditetapkan 55 (lima puluh lima) tahun, dalam hal pekerja tetap dipekerjakan oleh Pengusaha setelah mencapai usia 55 (lima puluh